Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
Penurunan populasi hewan akibat perubahan iklim semakin mengkhawatirkan
dan kini giliran Penguin Kaisar (Aptenodytes forsteri) yang menjadi sorotan dunia.
Berdasarkan laporan terbaru dari tim ilmuwan kelautan dan iklim, populasi spesies unggulan di Antarktika ini tercatat
menurun sebesar 22 persen dalam kurun waktu 15 tahun terakhir.
Angka ini jauh lebih buruk dari prediksi konservatif sebelumnya yang memperkirakan penurunan hanya di kisaran 10–15 persen.
Penelitian ini memperkuat kekhawatiran bahwa perubahan iklim global dan mencairnya lapisan es laut
telah memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap habitat alami Penguin Kaisar, salah satu spesies burung laut terbesar dan paling ikonik di dunia.

Hasil Studi Terbaru
Laporan tersebut dirilis oleh gabungan ilmuwan dari British Antarctic Survey (BAS), NASA, dan beberapa universitas terkemuka di dunia.
Data populasi dikumpulkan melalui pemantauan satelit, pencitraan termal, dan pengamatan darat langsung sejak tahun 2010 hingga 2025.
Para ilmuwan menemukan bahwa beberapa koloni besar Penguin Kaisar di wilayah Laut Weddell dan Laut Ross
menunjukkan penurunan tajam populasi akibat runtuhnya es tempat mereka berkembang biak.
Dalam banyak kasus, telur dan anak penguin tidak dapat bertahan karena es yang mencair sebelum masa penetasan selesai.
“Ini adalah peringatan keras bagi dunia,” kata Dr. Susan Carter, peneliti utama dari BAS.
Kami sebelumnya memperkirakan penurunan yang lebih lambat, namun data menunjukkan skenario yang jauh lebih buruk dari perkiraan awal.”
Penyebab Utama: Mencairnya Es Laut
Penguin Kaisar sangat tergantung pada lapisan es laut yang stabil untuk berkembang biak.
Mereka biasanya bertelur di permukaan es yang terbentuk selama musim dingin Antarktika.
Namun, pemanasan suhu global yang menyebabkan pencairan es lebih cepat dan tidak stabil menjadi ancaman besar.
Ketika es mencair terlalu dini, koloni penguin kehilangan tempat untuk bertelur, dan anak-anak penguin yang belum bisa berenang tenggelam ke dalam air dingin.
Selain itu, gangguan pada rantai makanan laut—seperti penurunan populasi krill akibat perubahan suhu air laut—juga memperburuk kondisi.
Menurut catatan iklim, suhu di Antarktika meningkat hingga 3 derajat Celcius dalam 50 tahun terakhir, dan tren ini belum menunjukkan tanda-tanda perlambatan.
Artinya, jika tidak ada langkah mitigasi yang diambil secara global, habitat Penguin Kaisar akan terus menyusut.
Dampak Ekologis Lebih Luas
Penurunan populasi Penguin Kaisar bukan hanya sekadar hilangnya satu spesies.
Spesies ini merupakan indikator penting dalam sistem ekologi laut Antarktika. Jika Penguin Kaisar mengalami stres populasi, maka bisa
diasumsikan bahwa ekosistem laut kutub selatan juga dalam kondisi terganggu.
“Penguin Kaisar adalah ‘kanari di tambang batu bara’ dalam dunia konservasi,” jelas Dr. Carlos Jimenez, pakar ekologi kutub.
Jika mereka bermasalah, itu tandanya seluruh sistem sedang terancam.”
Ancaman ini juga berdampak pada spesies lain seperti paus, anjing laut, dan burung laut lainnya yang berbagi ekosistem dan sumber makanan serupa.
Upaya Konservasi dan Perlindungan
Sejumlah lembaga konservasi kini mendorong agar Penguin Kaisar segera dimasukkan
dalam daftar spesies yang dilindungi penuh oleh hukum internasional.
Saat ini, status konservasi mereka berada dalam kategori “Near Threatened” oleh IUCN
(International Union for Conservation of Nature), namun para ahli menyarankan perubahan ke kategori
Vulnerable” atau bahkan “Endangered” jika tren penurunan ini berlanjut.
Beberapa langkah konservasi yang diusulkan antara lain:
-
Peningkatan zona perlindungan laut di sekitar koloni Penguin Kaisar
-
Pengurangan emisi karbon global untuk memperlambat pemanasan global
-
Moratorium penangkapan ikan di sekitar habitat penguin untuk menjaga rantai makanan
-
Penelitian jangka panjang menggunakan drone dan satelit untuk monitoring koloni
Peran Global Sangat Diperlukan
Para peneliti menegaskan bahwa perubahan nyata hanya bisa terjadi jika ada kerja sama global yang kuat.
Tidak cukup hanya bergantung pada ilmuwan dan aktivis konservasi, namun juga diperlukan kebijakan konkret dari pemerintah dan pelaku industri.
“Tanpa penurunan emisi gas rumah kaca, kita sedang melihat awal dari keruntuhan spesies ikonik ini,” kata Prof.
Hana Kim dari Pusat Studi Lingkungan Global di Seoul. “Kita masih punya waktu, tapi tidak banyak.”
Baca juga:Dua Rekomendasi Travel Malang Di Madiun Dengan Harga Murah
Kesimpulan
Populasi Penguin Kaisar yang menyusut sebesar 22 persen dalam 15 tahun merupakan alarm serius bagi komunitas internasional.
Bukan hanya menyangkut kelangsungan hidup spesies, tetapi juga mencerminkan kondisi kritis lingkungan global akibat perubahan iklim.
Jika tidak segera dilakukan upaya mitigasi dan perlindungan, maka generasi mendatang
hanya akan mengenal Penguin Kaisar melalui gambar dan dokumentasi, bukan di habitat aslinya.