Asal-usul Hari Raya Waisak yang Akan Diperingati Tanggal 12 Mei 2025
Hari Raya Waisak merupakan salah satu perayaan suci yang sangat penting bagi umat Buddha di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Perayaan ini bukan sekadar tradisi tahunan, melainkan merupakan momen perenungan dan penghormatan terhadap tiga peristiwa besar dalam kehidupan Siddharta Gautama, Sang Buddha. Di tahun 2025, Hari Raya Waisak akan diperingati pada tanggal 12 Mei. Tanggal tersebut ditentukan berdasarkan kalender lunar dan jatuh pada saat bulan purnama di bulan Waisakha, sesuai dengan sistem penanggalan Buddha.

Asal-usul Hari Raya Waisak yang Akan Diperingati Tanggal 12 Mei 2025
Hari Waisak tidak hanya merayakan satu peristiwa, melainkan tiga peristiwa besar yang dikenal dengan sebutan Trisuci Waisak. Ketiga peristiwa ini menjadi dasar filosofis dan spiritual dari perayaan tersebut:
-
Kelahiran Pangeran Siddharta Gautama
Pangeran Siddharta Gautama lahir di Taman Lumbini, India (sekarang wilayah Nepal), sekitar 563 SM. Kelahiran ini diyakini membawa cahaya harapan bagi umat manusia, sebab dari situlah Sang Buddha muncul dan mengajarkan ajaran Dharma untuk mengatasi penderitaan dunia. -
Pencapaian Pencerahan
Setelah meninggalkan kehidupan istana dan menjalani kehidupan sebagai pertapa, Siddharta akhirnya mencapai pencerahan sempurna di bawah pohon Bodhi di Bodhgaya. Ia menyadari kebenaran sejati tentang penderitaan, penyebab penderitaan, akhir penderitaan, dan jalan menuju akhir penderitaan. Sejak saat itu, ia dikenal sebagai Sang Buddha, yang berarti “Yang Tercerahkan”. -
Parinibbana (Wafatnya Sang Buddha)
Peristiwa ketiga adalah wafatnya Sang Buddha pada usia 80 tahun di Kusinara. Wafatnya bukan sekadar kematian, melainkan pencapaian parinibbana, yaitu pembebasan terakhir dari lingkaran kelahiran dan kematian (samsara).
Ketiga peristiwa ini semuanya diyakini terjadi pada hari dan bulan yang sama dalam kalender lunar, sehingga diperingati secara bersamaan dalam Hari Waisak.
Sejarah Perayaan Waisak di Indonesia
Perayaan Waisak di Indonesia telah berlangsung sejak zaman kerajaan Hindu-Buddha. Bukti nyata dari kuatnya pengaruh Buddha di masa lalu terlihat dari peninggalan arsitektur seperti Candi Borobudur, yang menjadi pusat utama peringatan Waisak di masa kini.
Secara resmi, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden menetapkan Hari Waisak sebagai hari libur nasional pada tahun 1983. Sejak saat itu, umat Buddha di Indonesia mendapatkan ruang yang lebih luas untuk merayakan Waisak dengan khidmat dan terbuka.
Tradisi dan Rangkaian Perayaan Waisak
Perayaan Waisak di Indonesia, khususnya di kompleks Candi Borobudur, dilakukan dengan penuh khidmat dan spiritualitas yang mendalam. Berikut adalah beberapa rangkaian acara utama yang biasanya dilaksanakan:
-
Pengambilan Api Dharma dari Mrapen
Api suci Dharma diambil dari api abadi di Mrapen, Jawa Tengah. Api ini melambangkan penerangan spiritual yang abadi, dan digunakan dalam prosesi menuju Borobudur. -
Pengambilan Air Suci dari Umbul Jumprit
Air suci diambil dari sumber mata air yang dianggap murni, yaitu Umbul Jumprit, dan digunakan dalam ritual penyucian. -
Prosesi Waisak
Prosesi berjalan kaki dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur membawa api dan air suci, diikuti oleh ribuan umat Buddha dan para bhikkhu dari berbagai negara. -
Puja Bhakti dan Meditasi Bersama
Umat Buddha berkumpul untuk melakukan puja bhakti, pembacaan sutra, dan meditasi bersama di pelataran Borobudur yang disulap menjadi altar utama. -
Pelepasan Lampion
Sebagai simbol pelepasan harapan dan doa, ribuan lampion diterbangkan ke langit. Tradisi ini menjadi momen paling menakjubkan dalam perayaan Waisak dan menyedot perhatian banyak wisatawan domestik maupun mancanegara.
Makna Spiritualitas Waisak
Hari Raya Waisak bukanlah sekadar ritual atau upacara seremonial, melainkan waktu untuk memperdalam pemahaman terhadap ajaran Buddha dan merefleksikan makna hidup.
Beberapa nilai yang ditekankan selama Waisak antara lain:
-
Kebajikan dan Kasih Sayang
Umat Buddha diajak untuk memperkuat praktik cinta kasih, welas asih, dan tolong-menolong dalam kehidupan sehari-hari. -
Perenungan Diri
Momen Waisak digunakan untuk merenungkan karma, tindakan baik dan buruk, serta mengevaluasi diri menuju kehidupan yang lebih baik. -
Kehidupan Sederhana dan Damai
Dengan memahami penderitaan dan akar penyebabnya, umat diajak untuk menjalani hidup dengan kesederhanaan, tanpa keinginan berlebih, serta menjaga kedamaian batin.
Waisak 2025: Momentum Toleransi dan Perdamaian
Tanggal 12 Mei 2025 dipilih sebagai Hari Raya Waisak berdasarkan penanggalan lunar dan penetapan dari Majelis
Agama Buddha Indonesia (MAGABUDHI) bersama organisasi Buddhis lainnya. Tahun ini, Waisak kembali menjadi momentum penting untuk mempererat toleransi antarumat beragama dan memperkuat semangat kebhinnekaan di Indonesia.
Dengan keberagaman agama dan budaya, perayaan Waisak menunjukkan bahwa kerukunan dan kedamaian tetap bisa dijaga melalui saling pengertian dan penghormatan antar sesama.
Peran Generasi Muda dalam Melestarikan Waisak
Generasi muda Buddhis diharapkan ikut berperan aktif dalam merayakan dan melestarikan nilai-nilai luhur Waisak.
Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan sosial, diskusi keagamaan, bakti sosial, hingga penguatan literasi keagamaan digital.
Kemajuan teknologi saat ini dapat menjadi alat yang efektif untuk menyebarkan pesan kedamaian dan ajaran Buddha secara global.
Banyak komunitas muda Buddhis yang kini memanfaatkan media sosial untuk menyebarluaskan ajaran cinta kasih universal.
Baca juga:12 Mei 2025 Libur Apa? Ketahui Juga Potensi Libur Panjang
Penutup
Hari Raya Waisak 2025 menjadi kesempatan penting bagi umat Buddha di Indonesia dan dunia untuk kembali mengenang
jejak agung Sang Buddha, serta memperbarui tekad dalam menjalani kehidupan dengan cinta kasih, kebijaksanaan, dan kedamaian.
Melalui perayaan yang sarat makna ini, umat Buddha diajak tidak hanya mengenang sejarah, tetapi juga mengaplikasikan ajaran-ajaran luhur dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia patut berbangga karena mampu menjadi rumah yang damai bagi perbedaan keyakinan dan budaya.
Hari Raya Waisak 12 Mei 2025 adalah pengingat bahwa cahaya Dharma akan terus bersinar di tengah kegelapan, selama manusia menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan kebijaksanaan.