Ada Pameran Ruang Kosong di Galeri Seni ROH Project, Apa Maknanya?

Ada Pameran Ruang Kosong di Galeri Seni ROH Project, Apa Maknanya?

Jakarta, Maret 2025Sebuah pameran seni yang tak biasa tengah berlangsung di Galeri ROH Projects, Jakarta. Bertajuk “Ruang Kosong”, pameran ini menyuguhkan pengalaman yang jauh dari ekspektasi umum terhadap galeri seni—tidak ada lukisan mencolok, tidak ada instalasi yang rumit, bahkan sebagian ruang dibiarkan benar-benar kosong. Namun, justru dari kekosongan itulah, makna dan refleksi dalam muncul.

Pameran ini bukan sekadar permainan estetika minimalis, melainkan sebuah eksplorasi konseptual terhadap makna ruang, kehadiran, dan ketidakhadiran dalam seni dan kehidupan sehari-hari. Kurator pameran menyebut “Ruang Kosong” sebagai ajakan untuk hening sejenak dari hiruk pikuk visual dan informasi yang membanjiri keseharian kita.

Ada Pameran Ruang Kosong di Galeri Seni ROH Project, Apa Maknanya?
Ada Pameran Ruang Kosong di Galeri Seni ROH Project, Apa Maknanya?

Konsep di Balik Kekosongan

Menurut penjelasan kurator, “Ruang Kosong” lahir dari pemikiran bahwa dalam kekosongan terdapat ruang untuk tafsir dan refleksi. Di tengah dunia yang penuh distraksi dan kebisingan, kekosongan menjadi sebuah medium yang justru berbicara banyak.

“Kami ingin menantang pengunjung untuk melihat, merasakan, dan merenung. Apa yang terjadi ketika Anda dihadapkan pada ruang yang tidak memberikan jawaban instan, melainkan membuka ruang bagi pertanyaan-pertanyaan pribadi?” ujar kurator utama ROH Projects, Risa Aryanti.

Kekosongan, menurut Risa, bukan berarti ketiadaan. Justru di dalamnya terdapat potensi tak terbatas untuk imajinasi dan kontemplasi. Pengunjung diajak untuk menafsirkan sendiri pengalaman yang mereka rasakan saat berada di dalam ruang-ruang kosong itu.

Ruang sebagai Medium

Tidak seperti pameran seni konvensional, “Ruang Kosong” menggunakan ruang galeri itu sendiri sebagai medium utama. Dinding putih yang bersih, lantai kosong, dan pencahayaan lembut menjadi bagian dari narasi yang ingin dibangun.

Beberapa ruangan dalam galeri dibiarkan sepenuhnya kosong, sementara ruang lainnya hanya menampilkan objek-objek kecil seperti kursi tunggal atau cermin kecil di sudut ruangan. Dalam beberapa ruang, suara ambient seperti hembusan angin atau detak jam dibiarkan mengisi atmosfer—menegaskan bahwa kekosongan pun dapat memiliki dimensi auditori.

Interaksi Pengunjung

Alih-alih menjadi penikmat pasif, pengunjung dalam pameran ini justru menjadi bagian dari karya seni itu sendiri. Setiap langkah, diam, dan interaksi dengan ruang menjadi performatif.

“Saya awalnya bingung, tapi setelah beberapa menit duduk dan diam, saya merasa seperti diajak ngobrol oleh ruangan ini,” ujar Ardi, salah satu pengunjung. “Kekosongannya malah bikin saya sadar tentang hal-hal yang biasanya saya abaikan.”

Pengalaman ini pun menimbulkan beragam reaksi. Ada yang mengaku merasa tenang, ada pula yang merasa tidak nyaman karena tidak adanya visual yang bisa dikonsumsi seperti biasanya. Tapi justru reaksi inilah yang diharapkan oleh penyelenggara pameran.

Mengundang Perenungan Eksistensial

Pameran ini juga menyentuh tema eksistensial. Apa arti kehadiran kita dalam ruang kosong? Sejauh mana kita memahami ruang sebagai bagian dari identitas kita? Pertanyaan-pertanyaan ini tak disampaikan secara eksplisit dalam teks atau papan informasi, melainkan dibiarkan muncul secara alami dari pengalaman pengunjung.

“Saya merasa seperti sedang berada dalam meditasi terbuka. Ada ruang untuk merenung, untuk mengingat, bahkan untuk menangis,” ungkap Sinta, pengunjung lainnya.

Beberapa ruang dilengkapi dengan jurnal kosong yang bisa diisi pengunjung. Isinya beragam, dari puisi singkat, refleksi pribadi, hingga catatan kecil tentang apa yang dirasakan selama berada di ruang tersebut. Ini menjadi bukti bahwa meski tidak ada karya visual konvensional, interaksi emosional tetap terbangun.

Filosofi Timur dan Zen

Ruang kosong dalam seni bukan hal baru. Dalam filsafat Timur, terutama Zen, kekosongan bukanlah kehampaan, melainkan potensi murni. Dalam kaligrafi Jepang, ruang kosong adalah bagian penting dari komposisi. Ia memberi napas, ritme, dan kedalaman.

ROH Projects menerjemahkan filosofi ini dalam konteks seni kontemporer. Tanpa harus menjadi religius atau dogmatis, pameran ini menyiratkan bagaimana keheningan dan kekosongan bisa menjadi bentuk komunikasi yang sangat dalam.

Baca juga:Tarif Pendakian Gunung Fuji Naik Jadi Rp 442.004 Mulai Musim Panas 2025

Tantangan Bagi Dunia Seni Kontemporer

Pameran ini juga menjadi kritik halus terhadap dunia seni kontemporer yang kadang terlalu sibuk dengan tren, sensasi visual, dan pasar. Di tengah kebisingan estetika itu, “Ruang Kosong” menjadi semacam jeda. Sebuah titik diam yang mengundang kita untuk mengingat kembali bahwa seni tidak selalu harus terlihat megah untuk bermakna.

“Ini semacam detoks visual bagi saya,” kata Melda, seniman muda yang hadir saat pembukaan. “Kadang kita lupa bahwa dalam diam pun ada percakapan.”

Aktivitas Pendukung

Untuk memperkaya pengalaman, pameran ini juga menghadirkan sesi diskusi dan meditasi terbuka di galeri setiap akhir pekan. Ada juga workshop tentang “kesadaran ruang” yang dipandu oleh seniman dan praktisi mindfulness. Semua ini dirancang untuk mendorong pengunjung lebih dalam mengeksplorasi pengalaman non-material dari seni.

Pengunjung juga diberikan buku kecil berisi kutipan-kutipan filosofis dari tokoh seperti Lao Tzu, John Cage, hingga Jalaluddin Rumi. Semua kutipan ini mengusung tema kekosongan, diam, dan keberadaan.

Penutup: Sebuah Ruang untuk Diri Sendiri

“Ruang Kosong” di ROH Projects bukan sekadar pameran seni, melainkan sebuah perjalanan ke dalam diri. Ia mengingatkan bahwa di balik kesibukan dan kemegahan visual, ada dunia tenang yang menunggu untuk ditemukan.

Pameran ini terbuka untuk umum hingga akhir April 2025, dengan waktu kunjungan yang fleksibel dan suasana yang tenang. Bagi Anda yang ingin mencari pengalaman berbeda, menyepi sejenak dari rutinitas, atau sekadar menemukan ruang untuk mendengar suara hati sendiri, “Ruang Kosong” mungkin bisa menjadi tempatnya


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *