2 Pengunjung Kebun Raya Bogor Coret Kaktus, Dihukum Rawat Tanaman

2 Pengunjung Kebun Raya Bogor Coret Kaktus, Dihukum Rawat Tanaman

Insiden yang mencoreng wajah pelestarian lingkungan kembali terjadi. Dua orang pengunjung Kebun Raya Bogor tertangkap basah mencoret tanaman kaktus dengan menggunakan benda tajam. Tindakan tidak terpuji ini langsung mendapat perhatian publik, terutama pecinta tanaman dan aktivis lingkungan. Alih-alih menghadapi hukuman pidana atau denda, pihak pengelola Kebun Raya Bogor memilih pendekatan edukatif: menjatuhkan hukuman sosial berupa merawat tanaman.

Keputusan ini mendapat banyak tanggapan positif karena dinilai sebagai bentuk hukuman yang mendidik dan membentuk empati terhadap lingkungan. Dalam situasi krisis ekologi saat ini, pendekatan semacam ini dianggap lebih efektif dalam menanamkan kesadaran jangka panjang.

2 Pengunjung Kebun Raya Bogor Coret Kaktus, Dihukum Rawat Tanaman
2 Pengunjung Kebun Raya Bogor Coret Kaktus, Dihukum Rawat Tanaman

2 Pengunjung Kebun Raya Bogor Coret Kaktus, Dihukum Rawat Tanaman

Peristiwa ini terjadi pada Minggu siang, 21 April 2025, di salah satu sudut Rumah Kaktus Kebun Raya Bogor. Dua pengunjung, yang diketahui merupakan pasangan muda dari luar kota, tertangkap mencorat-coret batang kaktus menggunakan benda tajam. Coretan berupa inisial nama mereka terlihat cukup mencolok dan merusak tekstur asli tanaman.

Aksi tersebut awalnya tidak disadari oleh pengunjung lain, hingga seorang petugas keamanan mendapati keduanya dalam kondisi sedang melakukan perbuatan tersebut. Segera setelah itu, petugas mengamankan mereka dan membawa ke pos administrasi untuk dimintai keterangan.

Menurut keterangan dari Kepala Humas LIPI selaku pengelola Kebun Raya, tindakan tersebut merupakan bentuk vandalisme terhadap koleksi hayati, dan dapat dikenai sanksi berat berdasarkan regulasi perlindungan lingkungan hidup.


Pentingnya Koleksi Kaktus di Kebun Raya

Tanaman kaktus yang menjadi objek coretan bukanlah tanaman biasa. Kaktus tersebut merupakan bagian dari koleksi langka yang sudah dirawat selama bertahun-tahun. Beberapa spesimen di rumah kaktus Kebun Raya bahkan berasal dari Amerika Selatan dan telah berusia puluhan tahun.

“Tanaman ini bukan sekadar hiasan. Ia adalah bagian dari program konservasi global yang dilindungi. Setiap kerusakan yang terjadi bisa menghambat upaya ilmiah dan pelestarian,” ujar Irwan Santoso, Kepala Bidang Botani Kebun Raya.


Hukuman yang Bersifat Edukatif: Rawat Tanaman, Belajar dari Alam

Setelah proses mediasi, pihak Kebun Raya Bogor memutuskan untuk tidak melanjutkan kasus ini ke ranah hukum, dengan syarat pelaku bersedia menjalani hukuman sosial. Mereka diwajibkan mengikuti program perawatan tanaman selama satu minggu penuh, termasuk menyiram, membersihkan, dan mendokumentasikan proses perawatan harian.

“Ini bukan hukuman untuk mempermalukan, tetapi untuk mendidik. Kami ingin mereka menyadari pentingnya merawat, bukan merusak,” jelas Santoso.

Kegiatan perawatan ini juga didampingi oleh petugas hortikultura agar keduanya tidak hanya menjalankan tugas fisik, tetapi juga mendapatkan pengetahuan tentang pentingnya keanekaragaman hayati.


Reaksi Publik: Antara Teguran dan Apresiasi

Setelah kejadian tersebut tersebar di media sosial, publik bereaksi beragam. Sebagian besar netizen mengecam keras tindakan vandalisme tersebut, menyebutnya sebagai bentuk ketidaksadaran terhadap pentingnya pelestarian alam.

Namun, banyak pula yang mengapresiasi langkah edukatif dari pengelola Kebun Raya. Pendekatan non-represif ini dianggap lebih manusiawi dan bisa memberi dampak psikologis mendalam terhadap pelaku.

“Kalau dihukum denda, bisa dibayar. Tapi kalau disuruh rawat tanaman yang serupa, itu akan mengubah cara pandang mereka terhadap tumbuhan,” tulis seorang warganet di kolom komentar akun Instagram resmi Kebun Raya Bogor.

Baca juga:Alun-alun Kidul Solo Usai Revitalisasi: Wisata Seru dan Interaksi dengan Kebo Bule


Pelajaran untuk Pengunjung Lain: Etika di Ruang Konservasi

Peristiwa ini menjadi pengingat penting bahwa ruang-ruang konservasi seperti Kebun Raya bukan sekadar tempat wisata, tetapi juga pusat pendidikan dan pelestarian flora. Pengunjung memiliki tanggung jawab etika untuk menjaga kelestarian koleksi tanaman yang ditampilkan.

Pihak Kebun Raya juga akan meningkatkan pengawasan dan edukasi kepada pengunjung. Beberapa langkah yang akan diterapkan ke depan termasuk:

  • Penambahan rambu-rambu larangan menyentuh tanaman.

  • Peningkatan jumlah petugas lapangan di zona rawan.

  • Pemasangan CCTV di Rumah Kaktus dan rumah koleksi lainnya.

  • Program edukasi bagi pengunjung tentang nilai ilmiah tanaman.


Tanggapan dari Aktivis Lingkungan

Aktivis lingkungan dari Komunitas Hijau Lestari, Sarah Mahendra, menyambut baik langkah hukuman sosial tersebut. Ia menyebut bahwa pendekatan humanistik seperti ini bisa menjadi model untuk kasus serupa.

“Anak-anak muda perlu dikenalkan bahwa tumbuhan itu punya nilai hidup, bukan objek mati. Menyentuh tanaman langka harusnya seperti menyentuh karya seni mahal. Dengan merawat tanaman, mereka tidak hanya belajar menebus kesalahan, tapi juga merasakan nilai keindahan dan kerentanannya,” ujarnya.


Efek Psikologis: Dari Pelaku Menjadi Pelindung

Menariknya, setelah menjalani dua hari perawatan tanaman, pasangan pelaku menunjukkan perubahan sikap. Dalam wawancara singkat, mereka mengaku menyesal dan mulai menyadari pentingnya menjaga kelestarian tumbuhan.

“Kami tidak menyangka bahwa tanaman bisa ‘terluka’ hanya karena goresan kecil. Sekarang kami tahu bahwa tanaman juga butuh perlindungan,” ucap salah satu dari mereka.

Pihak pengelola pun mempertimbangkan untuk mengajak keduanya menjadi relawan kegiatan edukasi lingkungan di waktu mendatang.


Penutup: Kasus Kecil, Makna Besar

Peristiwa coretan di batang kaktus Kebun Raya Bogor mungkin terdengar sepele, namun membawa pesan besar tentang pentingnya kesadaran ekologi. Dalam dunia yang semakin terancam oleh degradasi lingkungan, menjaga hal kecil seperti tidak merusak tanaman bisa menjadi langkah besar bagi perubahan.

Melalui pendekatan yang mengedepankan edukasi, pihak Kebun Raya Bogor berhasil menjadikan insiden ini sebagai pelajaran kolektif bagi masyarakat. Ini bukan hanya tentang dua orang yang mencoret tanaman, tapi tentang bagaimana masyarakat seharusnya membangun hubungan yang lebih beradab dengan alam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *