17 Persen WN Jepang yang Punya Paspor, Ini Alasannya

17 Persen WN Jepang yang Punya Paspor, Ini Alasannya

17 Persen WN Jepang yang Punya Paspor, Ini Alasannya

Fenomena menarik datang dari Jepang, salah satu negara maju dengan infrastruktur dan konektivitas global yang sangat kuat. Berdasarkan data terbaru dari pemerintah Jepang, hanya sekitar 17 persen warga negaranya yang memiliki paspor aktif. Angka ini tergolong sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya seperti Korea Selatan, Jerman, atau Amerika Serikat.

Rendahnya kepemilikan paspor di kalangan warga Jepang memunculkan pertanyaan: mengapa masyarakat dari negara yang memiliki perekonomian terbesar ketiga di dunia ini justru jarang bepergian ke luar negeri? Berikut ulasan mengenai alasan, latar belakang sosial, dan dampaknya terhadap pariwisata internasional dan domestik Jepang.


17 Persen WN Jepang yang Punya Paspor, Ini Alasannya

Salah satu alasan utama rendahnya kepemilikan paspor di Jepang adalah budaya masyarakat yang sangat terfokus ke dalam negeri. Jepang merupakan negara yang sangat lengkap secara infrastruktur, gaya hidup, dan kenyamanan. Mulai dari tempat wisata, kuliner, sistem transportasi, hingga fasilitas umum, semuanya telah tersedia secara optimal di dalam negeri.

Masyarakat Jepang merasa tidak perlu bepergian jauh untuk mendapatkan pengalaman liburan atau rekreasi. Wisata domestik seperti ke Hokkaido, Kyoto, Okinawa, dan Fuji menjadi pilihan utama, terutama karena lebih mudah dijangkau dan minim hambatan bahasa serta budaya.


Kendala Bahasa dan Ketidaknyamanan Sosial

Meski pendidikan di Jepang sangat maju, kemampuan berbahasa Inggris atau bahasa asing lainnya di kalangan masyarakat umum tergolong rendah. Hal ini menyebabkan kecemasan sosial dan ketidaknyamanan saat berada di luar negeri. Banyak warga Jepang merasa canggung untuk berkomunikasi atau menyesuaikan diri dengan budaya asing.

Selain itu, norma sosial Jepang yang menekankan keteraturan, kesopanan, dan kesunyian sering kali bertentangan dengan suasana sosial di banyak negara tujuan wisata populer. Ini membuat sebagian besar warga Jepang lebih nyaman bepergian di dalam negeri daripada menghadapi “ketidakpastian budaya” di luar negeri.


Kondisi Ekonomi Pribadi dan Prioritas Keuangan

Meski Jepang tergolong negara makmur, tidak semua warganya memiliki fleksibilitas finansial yang tinggi untuk bepergian ke luar negeri. Biaya hidup di kota besar seperti Tokyo dan Osaka sangat tinggi, sehingga banyak warga memilih untuk mengalokasikan penghasilan mereka untuk kebutuhan rumah tangga, pendidikan anak, atau tabungan pensiun.

Bepergian ke luar negeri, yang memerlukan pengeluaran besar untuk tiket pesawat, akomodasi, dan konsumsi, dianggap sebagai sesuatu yang mewah atau tidak mendesak. Apalagi, dengan daya tarik wisata domestik yang tinggi, warga Jepang merasa tidak kehilangan pengalaman jika tidak bepergian internasional.


Budaya Kerja yang Ketat dan Minim Cuti

Salah satu ciri khas kehidupan profesional di Jepang adalah budaya kerja yang padat dan disiplin, dengan hari libur yang sangat terbatas. Banyak pekerja di Jepang enggan mengambil cuti panjang karena takut dianggap tidak loyal atau tidak berdedikasi.

Hal ini menjadi hambatan besar bagi keinginan untuk melakukan perjalanan internasional, yang umumnya memerlukan waktu lebih dari sekadar akhir pekan. Akibatnya, banyak warga lebih memilih perjalanan singkat dalam negeri ketimbang bepergian ke luar negeri.


Dampak terhadap Industri Pariwisata Global dan Lokal

Rendahnya minat warga Jepang bepergian ke luar negeri membuat kontribusi mereka terhadap pariwisata global tidak sebesar negara-negara lain dengan tingkat paspor tinggi. Sebaliknya, pariwisata domestik Jepang berkembang pesat, dengan investasi besar-besaran pada infrastruktur wisata, kereta cepat, hingga promosi budaya lokal.

Pemerintah Jepang sendiri lebih banyak fokus menarik wisatawan asing masuk ke Jepang dibanding mendorong warganya keluar negeri. Dengan target puluhan juta turis internasional per tahun, Jepang justru menjadi salah satu tujuan wisata terpopuler dunia.


Kesimpulan: Pilihan Gaya Hidup dan Kenyamanan Lokal

Rendahnya angka kepemilikan paspor di Jepang—hanya 17 persen—tidak berarti warga Jepang tidak suka bepergian. Namun, mereka lebih memilih menikmati kekayaan budaya dan keindahan alam di negeri sendiri yang sudah sangat memadai. Faktor budaya, ekonomi, bahasa, dan gaya hidup memainkan peran besar dalam keputusan tersebut.

Baca juga:Menhut Raja Antoni Bertemu Agam Rinjani dkk, Apa yang Dibahas?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *